Izzi_tea

Sekilas tentang “Mutiara yang telah tiada” (Alm. Ustadzah Yoyoh Yusroh)

21 Mei 2011 hampir semua kader PKS dikejutkan oleh kabar dari kecelakaan (Alm) Ustadzah Yoyoh Yusrah atau yang akrab dengan panggilan bunda Yoyoh, beliau meninggal selepas perjalanan untuk menghadiri wisuda anaknya di UGM. Ummat telah kehilangan seorang mujahidah yang mempunyai multi “talenta”, tidak hanya dikenal sebagai juru dakwah, beliau juga sosok yang dikenal aktif di dunia politik, social, kemasyarakatan dan keperempuan-an.

Saya mengenal beliau lewat tulisan-tulisan dimedia online dan majalah-majalah islam, serta beberapa kali “bertemu” ketika beliau sedang ber-orasi di acara kepartaian, tidak diragukan lagi bagaimana semangat, keteduhan, keanggunan, ke-kokohan beliau sebagai seorang muslimah yang di amanahi 13 orang putra-putri yang kesemuanya merupakan para hafidz Qur’an.

Karena ke“anggunan”  beliau dalam berdakwah, banyak tulisan yang memberikan “testimoni” semasa beliau hidup, menggambarkan kepada kita ketika bagaimana beliau selalu menjalankan amanah sampai titik darah penghabisan, baik itu amanah politik, social dan keluarga. Karena itu “menarik” memang mengikuti bagaimana kisah hidup orang-orang sholeh, sayapun membaca setiap tulisan yang berkaitan dengan kiprah beliau semasa hidup (lewat media online).

Tapi kemarin tidak sengaja “nemuin” nasyid IZZATUL ISLAM (IZZIS) – permata tarbiyah – , ko rasanya ingin lebih mengenal beliau, rasanya tidak cukup hanya membaca “kisah” beliau lewat searching di internet, kisah hidup yang banyak mengandung ibrah di tengah “kekacauan” kehidupan seperti sekarang ini. Awalnya mau mencari di toko buku langganan Mufti agency, tapi karena menjelang magrib dan kebetulan ada RPH DPC di markaz Kota Bandung, sekalian saja mampir ke Toga mas. langsung Tanya ke panjaga toko judul buku “Mutiara yang telah hilang, penerbit Gema Insani Press (GIP) ada ga mas?”.. “hmm.. kayanya habis deh mas”.. aga sedikit ga percaya sama si mas penjaga hehe, saya mendekati monitor display catalog buku-buku yang ada di toga mas, masukan Qword “yoyoh” ga ada satu pun tulisan yang keluar,  ga langsung nyerah.. :D, ah coba lagi dengan judul buku “Mutiara yang telah hilang”, Alhamdulillah langsung nongol.. hehe, sekarang nanya ke si mba penjaga “Mba, klo ini maksudnya gimana ya?.. apa stock nya udah habis ato masih ada 1 lagi –sambil nunjuk keterangan di salah satu kolom dengan angka 1-“.. si mba bilang “oh.. ada mas 1 lagi, bentar ya – si mba manggil temen nya-“, temen si mba yang dipanggil meng-isyaratkan mengajak saya ke TKP dimana buku berada, dan ternyata memang letak bukunya diruangan dalam, di pojok dan ada 1 lagi… klo ga nanya kemungkinan ga bakal ketemu neh buku :D, dan akhirnya setelah bertransaksi dengan si mba kasir + nunggu dibungkusin.. buku tersebut berpindah kepemilikan *halahhh 😛

Kesan pertama melihat buku tersebut aga sedikit kaget, soalnya pas liat di internet kirain buku nya aga gede seperti buku “Langkah cinta untuk Indonesia”, ternyata buku nya kecil dan ga terlalu tebel, saya namatin buku ini ga terlalu lama, kerena kemarin kerjaan lagi padet-padet nya 2 hari saya beresin baca, itu juga kadang sambil kerja (sambil nunggu upload file) sambil baca buku, klo ga seperti itu bisa jadi 5 hari baru beres. Hehehe. Buku nya memang kecil, tapi jangan salah.. kecil-kecil tapi isi nya “besar”, besar dengan keteladanan yang secara “halus” dapat menasehati kita tanpa menggurui, besar dengan tips-tips keteladanan nyata tanpa sekedar retorika.

Di bagian pertama buku, menceritakan bunda yoyoh semasa kecil, awal muasal kenapa diberi nama “Yoyoh Yusrah”, bagaimana lingkungan keluarga yang sudah “kondusif” bisa mencetak mujahid seperti beliau sebab ayahanda beliau ialah seorang ustadz yang sudah “ternama” di lingkungannya, tapi selain dibesarkan dengan asmofir keagamaan yang kental, di keluarga bunda yoyoh sudah dibiasakan dengan “dialog-dialog” yang ber-nafas kan politik, saat itu ayahanda beliau bersama barisan partai Islam PPP (Partai Persatuan Pembangunan), kerkadang ber-ceramah dengan isi “menentang” kebijakan orba (orde Baru), seperti tentang masalah KB yang menurut beliau tidak terlalu cocok dengan konsep keluarga islam, karena itu lah ayahanda bunda yoyoh pernah mendekam dipenjara.. Tapi karena beliau mempunyai saudara yang punya “pengaruh” di pemerintahan, tidak berapa lama beliau dilepaskan kembali. Memang sedari kecil kecerdasan bunda Yoyoh sudah terlihat, bagaimana beliau pernah “loncat kelas”, menjadi siswi yang berprestasi se-DKI Jakarta ketika menempuh pendidikan PGA (pendidikan guru agama) dan berbagai capaian prestasi lainnya.

Bagian selanjutnya, mengisahkan bagaimana heroisme beliau ketika memperjuangkan hak hijab untuk muslimah, mengkordinator aksi demontrasi yang Alhamdulillah dengan perjuangan tersebut tidak disahkan nya aturan yang akan mengekang kewajiban seorang pelajar muslimah  untuk menutup auratnya.

Hal menarik lainnya ialah disaat proses pernikahan beliau, perlu diketahui sebelum bunda Yoyoh menikah dengan ust. Budi Darmawan ada 34 LAMARAN yang bunda Yoyoh tolah.. Ya, 34 LAMARAN, bukan 1,2 atau bahkan 10 (mengambarkan “kecantikan” agama beliau, yang membuat banyak pria terpesona) … tapi 34 LAMARAN yang beliau tolak dengan alasan “masih kuliah” tetapi di lamaran ke-34, lamaran yang sulit untuk di tolak, karena sang pelamar merupakan salah seorang putra ustazd kenalan dekat ayahanda beliau, soleh dan sangat-sangat mapan :D, yang pada saat itu berniat mengadakan akad nikah di Mekah Al-Mukaromah, sontak dengan keadaan seperti itu Bunda Yoyoh merasa gusar, bukan ragu karena ke sholehan si pemuda, atau kemapanannya, tetapi kepada Visi-Misi dakwah beliau dimana beliau meninginkan pendamping yang mempunyai Visi dakwah yang sama, karena “desakan” itu akhirnya beliau menyampaikan perihal masalah ini kepada sang guru (Ust. Hilmi Aminudin), dan meminta tolong sang guru untuk mencarikan pendamping yang cocok untuk beliau.. dan singkat cerita bunda Yoyoh pun menikah dengan ust.Budi Darmawan.

Keteladanan, kesabaran, demokrtatisasi, cinta kasih dalam menjalani bahtera rumah tangga beliau jalankan. Rasanya dengan 13 orang putra-putri para penghapal Qur’an (sebagian sudah hafal 30 Juz) sudah lebih dari cukup untuk menjadi bukti bahwa tidak hanya sebatas teoritis tanpa hasil realistis. Dan bagaimana menunjukan kepada kita bahwa bukan hal yang mustahil lo mendidik putra-putri di tengah kesibukan yang luar biasa dan ditengah arus “westernisasi” yang makin hari makin edan, tidak hanya prestasi dalam kacamata agamis, putra-putri beliau juga mempunyai prestasi dibidang akademisi yang harus di acungi jempol, bahkan salah satu nya mendapatkan beasiswa full untuk kuliah di luar negri.

Da’iyah, Aktivis Sosial kemasyarakatan, Pejuang HAM, Politikus, pemerhati masalah perempuan.. itulah bunda Yoyoh Yusrah, Mujahidah Multi “Talenta” yang sangat sulit kita dapati dizaman seperti ini..

Membaca buku kecil harus di akhiri dengen kesedihan dan berkacanya mata ini, bukan karena kesedihan akan datangnya kematian, tetapi kesedihan terhadap diri yang se-akan tertampar puluhan kali karena pesan terakhir beliau kepada salah seorang akhwat sebagai pesan “perpisahan”..

“Ya Rabb, aku sedang memikirkan posisiku kelak di akhirat, mungkinkah aku berdampingan dengan penghulu para wanita Khadijah Al-Kubra yang berjuang dengan harta dan jiwanya?
Ataukah dengan Hafshah binti Abu Bakar yang dibela oleh Allah saat akan dicerai karena shawwamah dan qawwamahnya?
Atau dengan Aisyah yang telah hafal 3500-an hadits, sedangkan aku, ehm 500 juga belum.
Atau dengan Ummu Sulaim yang shabirah
Atau dengan Asma yang mengurus kendaraan suaminya dan mencela putranya saat istirahat dari jihad…
Atau dengan siapa ya Allah, tolong beri kekuatan untuk mengejar amaliah mereka… sehingga aku layak bertemu mereka bahkan bisa berbincang dengan mereka di taman Firdaus-Mu.”

Ahhh, beliau berkata seperti itu.. bagaimana dengan diri ini, rasanya maqom ini sangat jauh dengan beliau, lalu bagaimana dengan para sahabat Radiallahu anhu.. Ahhhhh sangat ter-amat jauh .. T_T ,

Buku ini menurut saya menu bacaan “wajib” untuk para muslimah dan tentunya juga untuk para ikhwan juga, karena itu tadi… buku kecil yang punya isi “besar”…. ya akhirnya selamat mendatangi toko buku terdekat ato temen terdekat .. hehehe #selamatmembaca

This entry was published on September 4, 2012 at 2:05 am. It’s filed under Dunia Dakwah, Resensi Buku, Tarbiyah and tagged , , . Bookmark the permalink. Follow any comments here with the RSS feed for this post.

9 thoughts on “Sekilas tentang “Mutiara yang telah tiada” (Alm. Ustadzah Yoyoh Yusroh)

Tinggalkan komentar